Tepat senin minggu lalu, 28 Februari 2006, putri ke - 3 ku, DINDA ALIFA KUNCORO, lahir ke dunia.
Sudah pastinya hati ini menjadi senang dengan kelahiran tersebut tapi disisi lain kegundahan merambat secara pasti mengusik hati dan pikiran.
Terbayang secara jelas dan pasti tingkah laku yang over ekspresif "mother in law" terhadap anakku, si kembar GADIS - DARA.
"sini .. sini, mas. Biar ta' gendong"
"enggak usah, bu .... saya bisa kog"
"huss .... sampeyan tenang aja, " ujar si ibu peri sambil merengkuh Gadis dari tanganku.
Karena tangannya sudah aku rasakan sangat bersemangat mau tidak mau aku lepaskan juga Gadis dari gendongan tanganku.
Dengan wajah menahan keki aku biarkan si Ibu peri menina bobokan si Gadis. Dengan semangat yang begitu ekspresif, si Ibu peri terlihat begitu asyik menjajakin hubungan bathin dengan Si Gadis. Semakin lama dilihat kemarahanku semakin memuncak. Jengkel, keki dan muak tercampur jadi satu kesatuan utuh tapi tidak bisa aku keluarkan.
Kejadian itu berlangsung cukup lama sampai si Gadis dan Dara genap berumur 40 Hari. Setiap aku ingin mendekat, menyentuh, mengendong atau apapun namanya yang berhubungan dengan kegiatan untuk menjajaki hubungan bathin dengan bayi-bayiku, si Ibu peri lagi-lagi dengan ekspresifnya mencegah aku dengan sejuta alasan yang tidak jelas dan sialnya ... lagi-lagi aku tidak bisa mengungkapkannya. Akhirnya yang bisa ku lakukan adalah mencuri kesempatan .... Mencuri kesempatan ???
Aneh memang, Aku khan "Bapak Biologis" dari Gadis - Dara, kenapa aku harus mencuri kesempatan dari kelengahan si Ibu Peri ?
Tapi yach itu ... AKU NGGAK BISA UNGKAPKAN ....!!!!!!!!!!!
Dengan kelahiran si DINDA aku merasakan kekhawatiran itu lagi ..... kekhawatiran terhadap si Ibu peri ....
DAAAAAAAAANNNNNNNNNNNNNNN ....
Apa yang ku khawatirkan ternyata jadi kenyataan ......
nasib..nasib .......
selamat ya om
BalasHapusdon't be jealous,
lama2 kan tambah deket
sabar mungkin jatahnya bu peri dulu,:)
yang penting sehat & nantinya jadi orang yg berbakti ama ke 2 ortunya. amin.
selamat ya