Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2007
loading...

Pecandu Narkoba, ketika tujuan hukum dipertanyakan

Ketika para Pengguna Narkoba berhadapan dengan Hukum, mau tidak mau, mereka harus menerima perlakuan yang sama dengan mereka yang berlaku sebagai pengedar dan atau bandar Narkoba. Para penegak hukum akan memandang bahwasanya para pengguna Narkoba tidak lebih pelanggar hukum yang harus dijerat oleh ketentuan hukum yang berlaku. Adilkah ini ? Penindakan bagi para pelanggar hukum adalah sangat diperlukan mengingat bahwa tujuan dari hukum itu sendiri adalah untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan dalam kehidupan sosial yang dicederai oleh pelaku tindak pidana namun demikian hukum juga tidak bertujuan sebagai instrumen balas dendam terhadap akibat yang telah dilanggar oleh pelanggar tersebut. Dalam konteks demikian maka dalam masalah penindakan bagi para pecandu Narkoba sudah seharusnya para aparatur penegak hukum dapat memilah - milah apakah pecandu narkoba tersebut dapat tergolong sebagai "korban" atau memang harus dianggap sebagai pelaku tindak pidana. Harus diakui sesungguhn

Mereka bilang ... '"Pilih Saya ... Biaya Sekolah Gratis !"

Seperti yang anda ketahui sekarang ini, Wilayah Jakarta Raya tengah berpesta demokrasi. Ya, pesta demokrasi daerah untuk memilih Kepala Daerah (gubernur) DKI Jakarta. Anda mau pilih yang Nomor berapa ? 1 atau 2 atau mau milih golput juga boleh. Tidak ada larangan kog, ingat Golput juga pilihan khan ? Kembali kepada ajang pesta demokrasi Pilkada, para calon-clon gubernur sepertinya mampu untuk mewujudkan Jakarta menjadi lebih baik dari waktu dipimpin oleh pemimpin yang sebelumnya. Tampaknya mereka mampu untuk mengatasi bencana banjir tahunan, macet nan kronis, polusi yang gak ketulungan, dll. Tapi itu khan biasa, maklum politis, apapun yang diucapkan tak lebih dari gembar -gembor. Yang membuat saya tergelitik untuk ikut mengkritis "gembar-gembor"-nya para politis tersebut adalah ketika mereka berani untuk mengatakan "Kalau pilih saya, biaya sekolah gratis !!". Wah, ajaib sekali mereka !!!". Mungkin kah mereka mampu mewujudkannya ? rasanya seperti mimpi di gurun

15 ribu nganggur + satu istri + dua anak = 45 ribu yang kelaparan !!!

Bukanlah cuma 15 ribu buruh yang kehilangan nafkahnya saja yang kelaparan, tetap menjadi 45 ribu orang yang kelaparan kalo kita jumlahkan setiap buruh menanggung seorang isteri dan dua anak saja. Demikianlah perhitungan diatas ini hanyalah diatas kertas saja, bisa jadi berbeda dilapangan. Akibat hilangnya sumber nafkah 15 ribu buruh dari pabrik sepatu Nike yang hengkang ini bukan tidak mungkin bisa berakibat lebih dari 60 ribu orang yang merasakan akibatnya. Disatu pihak, para buruh tidak suka terhadap keputusan yang diambil oleh pabrik Nike yang mengakibatkan kehidupan mereka morat marit. Tetapi dilain pihak, apakah terpikir oleh para buruh bahwa pabrik Nike ini juga berhak untuk memutuskan kontrak bisnis mengingat pihak rekanannya tidak bisa memenuni tuntutan akan kualitas dan produktivitas kerja yang mereka tandatangani dalam beli kontrak???? Urusan kualitas, produktivitas, dan effisiensi kerja buruh yang pasti terkait dengan biaya produk yang harus dibayar oleh Nike, tentu tidak mu