
Melihat berita yang ditanyangkan oleh Indosiar pada hari Selasa jam 12:08 WIB dalam acara Fokus mengelitik saya untuk menegur foke (Fauzi Bowo) atas janji-janji kampanyenya dulu, terutama soal program pendidikan dasar gratis di wilayah DKI Jakarta.
Dalam acara Fokus tersebut, diberitakan tentang kondisi ambruknya gedung sekolah dasar di Kramat Jati – Jakarta Timur. Berita yang ironis tentang buramnya kondisi pendidikan di Negeri ini. Kalau saja berita tentang ambruknya gedung sekolah itu berasal dari daerah mungkin kita masih berpikir wajar tapi kalau berita itu datangnya dari Jakarta tentunya menjadi lain dipikiran kita. Bagaimana masyarakat dapat mempreroleh pendidikan dasar gratis kalau gedung sekolahnya ambruk ?
Kita masih ingat bagaimana bersemangatnya Foke mengkampanyekan biaya sekolah gratis di Jakarta. Begitu semangat sehingga timbul slogan “Serahkan Jakarta pada ahlinya”. Memandang jenjang karier Foke sebelum menjadi gubernur memang harus diakui FOKE ADALAH AHLINYA MENGENAI JAKARTA. Dengan dilatar belakangin sebagai pegawai negeri dilingkungan PEMDA DKI JAKARTA dan sebagai putra daerah tentunya dan sudah sewajarnya ia lebih mengerti problematika Jakarta. Seharusnya, dengan latar belakang tersebut foke dapat menyusun program kerja yang sistematis menanganin masalah Jakarta. Tapi ternyata itu T-I-D-A-K. Foke yang seharusnya menjadi andalan lebih tampak sebagai subjek yang larut dalam problematika Jakarta dan akhirnya slogan kampanyenya foke kini menjadi slogan yang sungguh membodohin publik. Masyarakat DKI Jakarta sebagai pemilih telah dibodohin mentah-mentah.
Kampanye merupakan ajang pengenalan publik antara pemilih dengan calon yang dipilihnya. Sesungguhnya ajang yang mencerdaskan pemilih untuk dapat benar-benar memilih calon pemimpinnya yang akan dapat mewujudkan harapan-harapannya. Sayangnya, bagi calon pemimpin, ajang tersebut malah dijadikan sebagai ajang pembohongan dan pembodohan. Para calon pemimpin tersebut lebih mencoba meraih simpatik dan dukungan dari masyarakat pemilihnya dengan menggeluarkan janji-janji muluk. Dalam ajang kampanye mereka berusaha mencitrakan dirinya laksana dewa penolong padahal ketika mereka telah menjabat jabatannya maka tanduk pun tumbuh di atas kepalanya.
samaaa......aku juga ga suka sama FOKE
BalasHapuskepanjangan tangannya yg dahuluwww......auhhhh....
kapan ya jakarta nyaman....hehehheheheh
TAU AJA LAH PAK, YANG NAMANYA PEJABAT DI WAKTU KAMPANYE KAN SERING MENG IMING-IMNGI DENGAN SEGALA KEINDAHAN, TP SETELAH TERPILIH JANJI ITU TINGGALLAH JANJI...YAH NAMANYA JUGA POLITIK AGAR BISA JADI PENGUASA ATAU PEJABAT..
BalasHapus