Pada akhirnya setelah melewati hari-hari krisisnya, mantan Presiden RI, Soeharto pada hari Minggu jam 13.10 WIB menghebuskan nafas terakhirnya. Meskipun hal tersebut diprediksi oleh kita semua tetap saja berita wafatnya Soeharto si - "face smiling" menjadi perhatian dan suatu hal yang mengejutkan. Usai sudah peran dan kewajibannya sebagai manusia di dunia. Selamat jalan pak.
Bilamana diperhatikan dengan sungguh-sungguh kontroversi Soeharto sejak diangkat hingga lengsernya dari kursi kepresidenan akan selalu tampak sosok Soeharto yang full wise, the right man the right place. Penampilannya yang jauh dari personifikasi diktaktor dan atau pimpinan suatu rezim membuat rakyat Indonesia seakan-akan selalu dapat menerima dan membiasakan dirinya dalam kontraversi yang mengikuti aksi-aksi Soeharto. Lihat saja dalam kontraversi Supersemar, sampai saat ini masyarakat tidak ambil pusing seputar fungsi Supersemar apakah sebagai mandat Soekarno ke Soeharto untuk mengamankan atau pengalihan wewenang. Bahwa kemudia ada sekelompok pakar (apa-apa dibuat sukar!) yang mengatakan bahwasanya Soeharto telah menyalahgunakan Supersemar tak urung membuat kelompok masyarakat lain berkomentar, "emang gue pikirin !"
Itu sedikit kontroversi debat kusir ditengah masyarakat Indonesia yang memang pada kenyataan tidak terlalu ambil pusing dengan kontroversi dari Soeharto. Sama seperti saya, yang penting harga sembako murah, beli susu bayi gampang, cukup sandang pangan dan punya mobil Timor. Kog mobil timor ? karena mobil Timor itu adalah mobil nasional yang murah yang memang ditunjukan untuk rakyat. Yach memang sih kontroversi tapi khan sekali lagi, rakyat dapat menerima dan membiasakan dirinya larut dalam kontroversi tersebut.
Dengan dapatnya rakyat menerima kontroversi-kontroversi tersebut mungkin memang akibat kesejahteraan ekonomi yang dijalankan orde baru yang kurang lebih dapt digambarkan bahwasanya sejak Orde Baru pembangunan ekonomi berjalan secara sistematis, berencana dan melibatkan pergerakan modal yang bersifat internasional (big push). Dimana saat zaman orde baru begitu digambarkan desa-desa dijadikan "kelinci percobaan" pengembangan pertanian yang berpondasi konsep "revolusi hijau". Saat itu kita langsung dapat mengenai bibit-bibit padi IR 1, IR 2m dan sebagianya yang memang membuat Indonesia pada akhirnya diakui dunia sebagai negera berbasis pertanian. Hebat bukan. Saking hebatnya, sampai saat ini saya masih yakin bahwa banyak rakyat merindukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi ala Orde Baru dimana kondisi politik stabil, aman dan damai di era Orde Baru. Reformasi telah mengajarkan pada kita semua bahwasanya kebebasan saja tidak cukup. Demokrasi saja, bahkan, juga tidak cukup. Yang dibutuhkan adalah stabilitasi dimana kondisi secara kondusif dapat aman terkendali.
Dari kontroversi dan keberhasilan itulah seharusnya membuat kita tetap menghormati dan menghargai pribadi mantan presiden Soeharto tersebut. Kenanglah yang baik-baik, damaikanlah hati kita semua. Selamat jalan pak Harto
Komentar
Posting Komentar
Ini diperuntukkan untuk komentar/ tanggapan pembaca. TIDAK DIPERUNTUKKAN UNTUK MENGAJUKAN PERTANYAAN. Jika ingin bertanya, silahkan ajukan permasalahan ke advokatku@advokatku.web.id