Beberapa hari yang lalu saya diminta bantuan sekelompok masyarakat di Jawa Timur untuk memfasilitasi mereka agar dapat berhubungan/ audensi dengan Presiden. Jujur waktu diminta memfasilitasi sempat mikir juga .... apakah bisa ?
Pikir punya pikir terlintas dibenak ada teman yang bekerja di Sekretariat Negara. Yang lebih menyakinkan lagi dia itu juga merupakan staff pada Ibu Presiden. Pas - lah, bathinku. Saya coba hubungi dia dan kemukakan keinginan saya dan ajaib teman saya itu mengatakan, "kirim aja via pos ke Sekneg atau ke PO. BOX 9494 atau kirim SMS, Mas".
"Lho ? kog ? kalau kirim via pos ngapain pula gw hubungi eloe khan situ orang dalam masak sih nggak bisa ?"
"Yaaaaaaa mas ... biarpun gw orang dalam tapi khan gw lain kamar. Kalaupun bisa, gw pasti bakalan ditanyain macam-macam sama staff kepresidenan, mulai dari kepentingannya gw, apa hubungannya gw dengan si pemohon ... bla ... bla ... bla deh ..... pokoke bakalan nggak ramah deh walaupun sama orang satu kantor"
" Kog gitu sih ?"
"Iya mas .... soalnya setiap permohonan audensi itu ada "biayanya" (dengar kata "biaya" bathin ku langsung berucap .."BUSUK !!!"). Nah, kalau kita orang dalam ikut ngurus mereka staff kepresidenan langsung negatif thinking kalau gw bakalan ngambil "jatahnya" mereka. gitu mas"
Mendapat penjelasan demikian langsung kembali berpikir saya, "Sial !! surat permohonan audensi aja di jadikan lahan korupsi ... apalagi yang lain nih !""
kirim surat pembaca aja rak wes mas, ato kirim artikel ke surat kabar , biar mereka pada malu
BalasHapus*kalo masih punya urat malu , hehe *